Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Rm. Victor Bani

Dipilih Untuk Melayani

B ertepatan dengan Pesta Penampakan Tuhan, yang jatuh tanggal 5 Januari 2014, Gereja Katolik Keuskupan Agung Jakarta secara resmi memasuki Tahun Pelayanan, dengan tema: Dipilih Untuk Melayani. Setelah dua tahun terakhir mengajak umat untuk mendalami iman akan Yesus Kristus terutama lewat perayaan Ekaristi (tema Arah Dasar KAJ tahun 2012) dan memupuk persaudaraan sejati (tema Arah Dasar KAJ tahun 2013), kini kaum beriman diminta untuk meningkatkan pelayanan kasihnya terhadap sesama. “Tahun Pelayanan tidak bisa dipisahkan dari Tahun Iman dan Tahun Persaudaraan”, tulis Bapak Uskup Mgr. Ignatius Suharyo, dalam Surat Gembalanya, awal tahun ini. “Iman yang sejati”, menurutnya, “akan berbuah persaudaraan. Belum atau kurang adanya persaudaraan merupakan tanda bahwa iman belumlah kuat dan mendalam. Selanjutnya persaudaraan yang sejati akan berbuah pelayanan yang tulus dan gembira. Persaudaraan yang tidak atau belum berbuah pelayanan kasih barulah egoisme dalam bentuk yang terse

Dipanggil Menjadi Penjala Manusia

Injil Matius yang dibacakan pada hari Minggu Biasa III ini terdiri atas 2 bagian yang berbeda, namun punya hubungan yang sangat erat satu dengan yang lainnya. Bagian yang pertama dimulai dari bab 4,12-17 . Di sana disebutkan bagaimana Yesus, setelah tertangkapnya Yohanes Pembaptis, menyingkir ke Galilea. Perjalanannya ke Kapernaum bukannya tanpa sebab. Hal itu sesuai dengan apa yang telah difirmankan Nabi Yesaya: “Tanah Zebulon dan Naftali… Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit terang.” Keselamatan yang dibawa Yesus bukan saja diperuntukkan bagi orang Israel, tapi juga bangsa-bangsa lain. Kemudian dalam bab 4,18-22, penulis Injil Matius memberitakan pemanggilan para murid yang pertama serta alasan mengapa mereka dipanggil. Warta keselamatan yang dibawa Yesus akan dilanjutkan oleh para murid-Nya. Karena itu mereka dipanggil untuk men

Doa Yesus

A da dua orang yang pergi berdoa di Bait Allah. Yang satu adalah orang Farisi, yang lainnya pemungut cukai. Di hadapan Tuhan, si orang Farisi bersyukur karena dia tidak sama seperti orang lain. Dia juga mengingatkan bahwa telah melakukan banyak kebaikan dan yang terpenting, dirinya tak sama seperti pemungut cukai yang juga sedang berdoa tak jaunt dari tempatnya berdiri. Sedangkan si pemungut cukai, yang disebut orang Farisi dalam doanya, berdiri jauh-jauh, dan sambil menepuk-nepuk dadanya, ia memohon belas kasihan Tuhan. Apa yang dikatakan Yesus tentang kedua orang ini? Pemungut cukai itu pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah. Mengapa? Dia benar, karena mengakui bahwa dia adalah orang berdosa. Dia benar karena memohon belas kasihan Tuhan dengan penuh kerendahan hati. Sebaliknya, si orang Farisi pulang sebagai orang yang tidak dibenarkan Allah karena dia telah meninggikan dirinya. Dia datang sebagai „orang yang menganggap dirinya benar“ dan pulang sebag

BBM – Berdoa Bersama Maria

Dalam setahun, ada dua bulan yang dikhususkan Gereja Katolik untuk menghormati Bunda Maria, yaitu bulan Mei dan bulan Oktober. Mengapai Mei dan Oktober?  Bulan Mei sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan. Musim semi yang dianggap sebagai awal kehidupan baru, di negara-negara yang mempunyai 4 musim, berlangsung pada bulan Mei. Karena itu, bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria yang dianggap gereja sebagai Hawa yang baru . Hawa artinya ibu dari segala yang hidup (Kej 3:20). Devosi kepada Bunda Maria di bulan Mei diperkenalkan sejak akhir abad ke-13. Namun, praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di kota Roma pada sekitar tahun 1700-an dan baru kemudian menyebar ke seluruh gereja. Pada tahun 1809, Paus Pius VII dipenjara oleh tentara Napoleon. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan. Paus berjanji, jika dibebaskan, ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada ta

Makna Doa Bapa Kami

doa apa sich yang paling manjur dipanjatkan bila kita sedang mengalami kegalauan, kegelisahan, ketakutan dan kecemasan. Yang lain lagi bertanya, ketika sedang mempunyai permohonan yang mendesak untuk dikabulkan, doa apa yang bisa dilantunkan untuk meluluhkan hati Tuhan.   D ulu saya suka memberikan jawaban diplomatis. Menurut saya, dalam situasi apapun, tidak ada doa yang paling mujarab, selain doa-doa yang keluar dari hati. Doa yang keluar dari hati yang saya maksudkan adalah doa (entah yang telah disediakan oleh Gereja maupun doa spontan pribadi) yang berasal dari kedalaman jiwa, yang mengungkapkan jeritan hati yang paling dalam. Jawaban ini tentu saja tidak memuaskan yang bertanya. Yang mereka butuhkan bukanlah jawaban mengambang seperti yang saya sampaikan, melainkan, „judul doa“ yang bisa segera didoakan. Mereka butuh suatu doa yang bukan saja mantap bila didoakan, namun juga manjur dihadapan Tuhan. Kini, bila pertanyaan sama masih disampaikan, saya sudah

Yohanes Pembaptis : Nabi yang baik hati

Renungan Minggu Adven III – Tahun B – 11 Desember 2011 Yes 61,1-2a.10-11; 1 Tes 5,16-24; Yoh 1,6-8.19-28 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD Hari Minggu Adven ketiga biasanya disebut orang sebagai Minggu Gaudete atau Minggu Bersukacitalah. Nama „bersukacitalah“ ini diambil dari surat Rasul Paulus kepada umat di Filipi 4,4-5: „Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! Sebab kedatangan Tuhan sudah dekat“. Ini adalah perintah agar kita bersukacita. Kenapa kita perlu bersukacita? Karena pesta kelahiran Tuhan sudah dekat. Pertanyaannya: Apa gunanya Minggu Gaudete ini? Di tengah-tengah masa penantian kita untuk menyambut kedatangan Tuhan, di tengah-tengah persiapan kita yang umumnya bersifat prihatin dan matiraga, Gereja memberikan istirahat sejenak dan mengajak kita semua untuk bersukacita. Kita diingatkan bahwa masa Adven akan segera berakhir dan pesta kedatangan Tuhan Yesus sudah semakin mendekat. Untuk itu kita perlu tetap menumbuhkan sikap pengharapa

Luruskanlah jalan bagi Tuhan!!

Renungan Minggu Adven II – Tahun B – 4 Desember 2011 Yes 40,1-5.9-11; 2 Ptr 3,8-14; Mrk 1,1-8 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD Diceritakan bahwa suatu ketika ada seekor kucing yang kerjanya sehari-hari menjual cacing kepada para unggas. Anehnya, urusan jual beli cacing itu dilakukannya dengan system barter, dengan system tukar menukar barang. Si Elang memberikan sekantung cacing dan sebagai gantinya, para unggas harus menyerahkan sehelai bulu sayap mereka kepadanya. Kebetulan di hutan dekat tempat si Kucing ini tinggal, hidup seekor burung Elang yang sangat besar. Dia adalah Raja segala Elang. Salah satu hobinya adalah memakan cacing yang dibawa sang Kucing itu. Bagi Raja Elang ini, bukan masalah kalau setiap hari dia harus menyerahkan satu tangkai bulu sayapnya untuk ditukarkan dengan sekantong cacing yang ditawarkan oleh si kucing, temannya. Dia ketagihan memakan cacing-cacing itu, sehingga bahaya yang mengancamnya, tidak disadarinya dan tugas memimpin para elang tidak d

Ubi Petrus, Ibi Ecclesia (Di mana Petrus, di situ Gereja)

Hari Minggu Biasa XXI – Tahun A – 21 Agustus 2011 Yes 22,19-23; Rom 11,33-36; Mat 16,13-20 oleh: Rm. Victor Bani, SVD Kita semua tentu mengenal St. Petrus. Dia adalah salah satu dari kedua belas orang yang dipanggil Yesus untuk mengikutiNya secara lebih dekat. Dan diantara kedua belas orang itu, Petrus adalah rasul yang paling mencolok. Dia adalah pemimpin para Rasul dan kepadanya diserahkan kunci kerajaan surga. Pertanyaannya, apa sich keistimewaan Petrus sehingga Yesus mempercayakan banyak hal kepadanya? (Padahal, dalam Kitab Suci, kita temukan begitu banyak kisah negatif tentang Santo yang satu ini) Tapi kenapa Yesus tetap mempercayainya? Dalam bacaan injil hari ini Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, siapakah Dia , menurut pendapat banyak orang. Karena perkataan dan apa yang telah dilakukanNya kepada orang banyak, ada yang menyebut Dia sebagai Elia, ada yang mengiraNya Yeremia atau salah seorang Nabi dari jaman dahulu, bahkan ada yang menganggapNya sebagai Yohanes Pembap

“Nothing to worry”

Renungan Hari Minggu Biasa XIX – Tahun A – 7 Agustus 2011 1 Raj 19,9a.11-13a; Rm 9,1-5; Mat 14:22-33 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD "Nothing to worry“ Demikianlah ucap salah seorang petinggi Bank Indonesia saat menanggapi  anjloknya pasar saham regional dan global yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Ketika hampir semua Negara di dunia mencemaskan jatuhnya pasar saham akibat sentimen negatif dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan krisis utang negara-negara Eropa, kata-kata “nothing to worry” dari orang (Bank Indonesia) yang bertanggung jawab untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di negara kita, mungkin bisa menjadi ‘obat penenang’ bagi para investor dan pelaku usaha. Keyakinan di atas bukannya diucapkan tanpa dasar. Mata uang rupiah yang masih cenderung menguat dan cadangan devisa nasional yang cukup banyak (122 miliar dollar AS), di satu sisi, dan aliran dana asing yang diprediksi masih akan tetap membanjiri Indonesia, di sisi lain, adalah alasan untuk tidak cem

Menjadi Anak-Anak Bapa Yang Baik

Renungan Minggu Paskah VII – Tahun A – 5 Juni 2011 Hari Komunikasi Sosial Sedunia Ke-45 Kis 1:12-14; 1 Ptr 4:13-16; Yoh 17:1-11a Oleh: Rm. Victor Bani, SVD Salah satu kebiasaan yang selalu dibuat oleh orang-orang ‘besar’ bangsa Isreal sebelum mereka meninggal dunia adalah mendoakan dan memberikan berkat kepada kaum keluarga dan bangsanya. Yakub berdoa dan memberkati kedua belas anaknya, Musa melakukan hal yang sama kepada seluruh bangsa Israel sebelum mereka masuk ke Tanah Terjanji, Kanaan. Daud dan Salomo anaknya berdoa pula dan memohonkan berkat Yahwe, Allah nenek moyang mereka kepada orang-orang Israel sebelum ajal menjemput keduanya. Hal yang sama dilakukan juga oleh Yesus sebagai keturunan Daud, sebelum Dia berpisah selama-lamanya dengan dua belas orang pengikut dekat-Nya. Ada tiga hal penting yang dimintakan Yesus kepada Bapa-Nya bagi murid-murid-Nya. Yang pertama: Yesus mohon agar Allah berkenan memelihara mereka dalam nama-Nya, agar para murid selalu menjadi satu seperti

Hari Minggu Palma

Pernahkah kita menyaksikan suatu pertunjukan drama hidup, dengan aktor serta aktris yang nyata? Jika mereka berakting dengan baik, mungkin untuk sementara waktu kita lupa bahwa kita sedang berada di gedung pertunjukkan. Malahan mungkin kita tidak sempat berpikir bahwa aktor dan aktris di atas panggung itu hanyalah sedang berpura-pura menjadi orang lain. Dengan kata lain, kita terbawa dalam peran yang mereka mainkan. Itulah sebabnya mengapa kita memegang daun-daun palma pada hari minggu palma, kita tidak hanya menyaksikan suatu pertunjukan, tetapi kita diminta untuk berperan serta di dalamnya. Kita menjadi aktor serta aktris dalam suatu drama yang paling hebat sepanjang masa : minggu terakhir dalam kehidupan Yesus. Dan daun-daun palma adalah perlengkapan kita. Adegan diawali dengan Yesus memasuki kota Yerusalem. Di masa silam para raja mempunyai kebiasaan untuk setiap 1 tahun sekali mengunjungi berbagai desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa Yunani di

Menjadi Pendoa Yang Setia

Renungan Minggu Biasa XXIX – Tahun C – 17 Oktober 2010 Kel 17:8-13;  2 Tim 3:14-4:2; Luk 18:1-8 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD   Seorang teman pernah mengeluh karena meskipun setiap minggu selalu ke gereja, rajin berdoa novena dan rosario, tapi merasa bahwa apa yang dimintanya, tidak pernah terkabulkan. Karena itu dia kecewa berat kepada Tuhan dan memutuskan untuk berhenti berdoa. Pengalaman dan keluhan diatas mungkin juga menjadi pengalaman dan keluhan sebagian besar kita. Kita merasa sudah cukup berdoa setiap hari kepada Tuhan, sudah banyak berbuat baik dalam hidup, suka menyumbang di sana sini, tapi hidup kita tidak lebih baik dari orang lain yang bukan saja tidak pernah berdoa, tapi juga tidak mengenal Tuhan. Kita marah, merasa Tuhan begitu jauh, tidak adil dan pilih kasih, lantas memutuskan untuk berhenti berdoa.             Dalam bacaan injil hari ini, Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang seorang janda yang datang kepada hakim, memohon agar perkaranya dibela. Meski

Mintalah, maka kamu akan diberi

Renungan Minggu Biasa XVII – Tahun C – 25 Juli 2010 Kej 18,20-32; Kol 2,12-14; Luk 1,1-13 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD   Salah satu doa yang paling sering saya ucapkankan dalam hidup, bahkan hingga saat ini adalah doa Bapa Kami. Bagi saya pribadi, doa ini adalah doa yang terindah. Indahnya doa ini bukan semata-mata karena dia diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri kepada murid-muridNya, melainkan karena doa ini merupakan doa yang sungguh-sungguh keluar dari hati.  Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang sering salah mengartikan doa Bapa Kami. Sebagian orang mengira Doa Bapa Kami adalah doa yang harus didoakan kata per kata dan sebagian yang lain malah memperlakukan doa ini seperti sebuah mantra, karena mengira kata-kata doa ini memiliki kuasa tertentu atau dapat mempengaruhi Tuhan. Padahal, Kitab Suci kita mengajarkan hal yang sebaliknya. Tuhan lebih tertarik kepada isi hati kita saat  berdoa dan bukan kepada kata-kata kita. Mati

Menjadi Malaikat bagi Sesama

Menjadi Malaikat bagi Sesama Renungan Minggu Biasa XV – Tahun C – 11 Juli 2010 Ul 30,10-14 ; Kol 1,15-20 ; Luk 10,25-37 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD   Seorang pastor diminta untuk membantu misa hari minggu di salah satu paroki. Hari itu jadwal misanya lumayan padat. Jam 8 pagi misa pertama, dilanjutkan pembaptisan 10 orang anak dan sesudahnya misa perkawinan 2 pasang mempelai. Karena letak tempat tinggalnya dengan paroki itu lumayan jauh, kira-kira 2 jam perjalanan, dia harus berangkat pagi-pagi. Dan pagi itu, entah kenapa,  jalanan begitu sepi.  Meskipun telah 1 jam berjalan, dia tidak berjumpa dengan seorangpun juga. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba dia melihat seorang lelaki tua tergeletak di tengah jalan, berbaring tidak berdaya di sana dengan luka di sekujur tubuh dan darah dimana-mana, sekarat, pasti akan mati karena kedinginan dan kehabisan darah, kalau tidak ditolong segera. Sepertinya orang itu ko

Pengampunan Yang Menyelamatkan

Renungan Hari Minggu Biasa XI – Tahun C 13 Juni 2010 2 Sam 12,7-10.13 / Gal 2,16.19-21 / Luk 7,36-8,3 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD Ketika masih di SD dulu, salah satu kebiasaan saya kalau ada waktu luang adalah membaca Kitab Suci. Salah satu bagian Kitab Suci yang paling saya sukai adalah Kitab Suci Perjanjian Baru, khususnya ceritera-ceritera tentang yesus. Ada banyak kisah yang menarik tentang yesus. Bagaimana Dia dilahirkan, bagaimana Dia hilang di Yerusalem ketika kecil, dan waktu dewasa, saat Dia mewartakan kerajaan allah. Ada dua kesimpulan yang saya dapat waktu itu setelah membaca ke-4 Injil: Yang pertama:   Yesus adalah seorang pribadi yang suka bepergian. Benar, Yesus ‘suka jalan-jalan’. Tidak pernah ditulis dalam Kitab Suci bahwa Yesus tinggal begitu lama di suatu tempat. Dan itu Yesus lakukan tiap hari, selama tiga tahun. Bayangkan, berapa banyak kilometer yang sudah Yesus jalani selama hidup-Nya. Akan tetapi, meskipun Yesus suka bepergian, jalan-jalan-Nya itu

Damai bagimu

Renungan Minggu Paskah VI Kis 15,1-2.22-2 9; Why 21,10-14.22-23 ; Yoh 14,23-29 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD „Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu …“ Kata-kata Yesus dalam bacaan Injil pada hari Minggu Paskah VI ini sungguh-sungguh memberikan peneguhan dan pengharapan, ketika kita mengalami berbagai kesulitan dalam kehidupan kita sehari-hari.  „Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu …“ Akan tetapi kalau kita melihat kembali realitas hidup kita, apa yang kita alami setiap hari, wajar kalau kita bertanya: apa benar bahwa Yesus sungguh-sungguh telah memberikan damai-Nya kepada kita? Ketika kita mendengar dan melihat berbagai peristiwa menyedihkan yang terjadi diberbagai belahan dunia, entah itu bencana alam: kelaparan, kekeringan, badai, banjir, angin ribut, tsunami, tanah longsor, dan gempa bumi, maupun peperangan yang berkepanjangan, pembunuhan yang tidak berkesudahan, pertikaian dan perselisihan, kekerasan

Antara Cinta dan Pengkhianatan

Renungan Minggu Paskah V Kis 14,21b-27; Why 21,1-5a; Yoh 13,31-33a.34-35 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD   Bacaan injil yang kita dengar hari ini menampilkan dua hal yang saling berlawanan, tetapi toh mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Kisah yang ditulis oleh penginjil Yohanes ini dimulai dengan ‘kepergian Yudas’. Meskipun acara makan malam perpisahan antara Yesus dan murid-murid-Nya belum selesai, Yudas telah pergi meninggalkan mereka. Suatu sikap yang tidak pantas dari seorang murid. Para murid yang lain tidak tahu alasan kepergian Yudas, namun Yesus dan kita tahu, mengapa dia pergi tanpa pamit. Untuk apa dia meninggalkan mereka? Untuk mengkhianati Yesus, Gurunya sendiri. Itulah yang kita dengar pada awal perikop injil Yohanes hari ini. Lalu pada bagian akhir, diceriterakan bahwa Yesus memberikan suatu perintah baru kepada murid-murid-Nya: „Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kam

Yesus, Sang Gembala Baik

Renungan Minggu Paskah IV – Tahun C – 25 April 2010 Hari Minggu Panggilan Kis 13,14.43-52; Why 7,9.14b-17; Yoh 10,27-30 Oleh: Rm. Victor Bani, SVD   Dalam bacaan Injil hari ini, kepada orang-orang yang mengikuti-Nya, Yesus katakan bahwa Dia adalah Gembala yang baik. Bagi orang-orang yang hidup sejaman dengan Yesus, tidak ada problem yang besar untuk bisa mengerti apa yang Yesus maksudkan, karena pekerjaan sehari-hari kebanyakan dari mereka adalah menggembalakan ternak. Tapi bagi kita yang hidup ribuan tahun kemudian, yang tidak pernah tahu dan melihat: binatang macam apakah domba itu, tentu agak sulit untuk bisa  sungguh-sungguh mengerti dan memahami apa arti dan maksud perumpamaan Yesus tersebut. Tugas utama seorang penggembala adalah selain mencari makan buat ternak-ternaknya, juga harus mampu menjaga ternak tersebut dari serangan binatang buas atau dari incaran seorang pencuri. Seorang gembala yang baik harus mengenal domba-dombanya