Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Cerpen

Kebahagiaan yang Hilang itu Kini Kembali lagi

Awalnya hanya ingin mengetahui bagaimana kabar masing-masing setelah lama kami tak bertemu, tetapi dia terlalu dalam memendam perasaan yang teramat besar padaku sehingga hubungan itu masuk ketaraf lebih dekat. Mulanya aku heran mengapa sampai seperti itu perasaannya dan mengapa juga dia tidak bisa melupakan aku dalam waktu yang cukup lama..17 tahun.  Menurutnya aku adalah cinta pertama buat dia, aku adalah wanita pertama yg telah meyentuh hatinya, cintanya untukku masih tersimpan rapi didalam hatinya dan tak terhapuskan itulah yang menyebabkan dia tidak bisa melupakan aku. Kukira saat itu dia hanya membual dengan kata-katanya. Tapi hari demi hari dia semakin gencar mendekatiku dan berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang aku, baik dari data-data ku melalui situs jejaring sosial maupun dari teman-temanku. Segala usaha aku untuk menutup diri dan berusaha untuk tidak menggubrisnya, maklum dia tidak sendiri saat itu dan ada yang terpenting lagi saat itu adalah anakku yang

TOKO KEBAHAGIAAN

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, ''Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?'' Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, ''Kira-kira sepuluh tahun.'' Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ''Begitu lama,?'' tanyanya tak percaya. ''Tidak,'' kata si orang bijak, ''Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.'' Anak muda itu bertambah bingung. ''Mengapa Guru lipatkan dua,?'' tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, ''Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.'' Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan? Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan? Sebagaimana yang telah banyak disampaikan,

PEREMPUAN

Dia yang diambil dari tulang rusuk. Jika Tuhan mempersatukan dua orang yang berlawanan sifatnya, maka itu akan menjadi saling melengkapi. Dialah penolongmu yang sepadan, bukan sparing partner yang sepadan. Ketika pertandingan dimulai, dia tidak berhadapan denganmu untuk melawanmu, tetapi dia akan berada bersamamu untuk berjaga-jaga di belakang saat engkau berada di depan atau segera mengembalikan bola ketika bola itu terlewat olehmu, dialah yang akan menutupi kekuranganmu. Dia ada untuk melengkapi yang tak ada dalam laki-laki : perasaan, emosi, kelemahlembutan, keluwesan, keindahan, kecantikan, rahim untuk melahirkan, mengurusi hal-hal sepele...¡ hingga ketika laki-laki tidak mengerti hal-hal itu, dialah yang akan menyelesaikan bagiannya...sehingga tanpa kau sadari ketika kau menjalankan sisa hidupmu... kau menjadi lebih kuat karena kehadirannya di sisimu. Jika ada makhluk yang sangat bertolak belakang, kontras dengan lelaki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menakl

Gaji Papa Berapa?

  Seperti biasa Andrew (samaran), Kepala Cabang disebuah perusahaan swasta terkemuka di Kupang , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?" "Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat. "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, h

Cita-Cita Yang Tak Pernah Berhenti

Katakanlah Desi adalah tokoh yang saya ingin ceritakan. Desi adalah anak pertama dari seorang pekerja honorer (sang ayah), ibu Desi adalah seorang ibu rumah tangga. Desi adalah anak pertama dari 9 bersaudara. Desi adalah seorang manusia yang menginginkan bisa belajar dengan baik tak usah muluk-muluk punya mobil, kost mewah, rumah mewah bisa makan saja Desi sudah merasa untung. Suatu hari Ia diterima untuk sekolah di suatu universitas terkenal dibandung, Ia masuk hanya bermodalkan sebuah kata "Tak Menyerah", Ia tak punya apapun untuk bisa hidup di bandung. Masuklah Desi di universitas tersebut, tak punya uang, bahkan buat makan pun susahnya minta ampun yang lebih ironis Ia tidak punya kostan. Karena tidak punya tempat tinggal, yang dilakukan Desi sehari-hari adalah numpang sana-numpang sini sudah pahit rasanya di caci maki sana-sini karena numpang. Sobat Desi adalah perempuan, hidup memang tak pernah kenal laki-laki ataupun perempuan, inilah hidup. Hidup pahit Desi selama

Si Pelit

  Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi. Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya. Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi. "Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!" "Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu da

Perjuangan Pohon Bambu

Pada suatu waktu aku merasa sangat jenuh dan bosan dengan kehidupan ini dan ingin berhenti dari semuanya, berhenti dari pekerjaan, hubungan, spiritual... dan berhenti untuk hidup. Aku pergi ke tengah hutan dan ingin berbicara untuk yang terakhir kalinya dengan Sang Pencipta. "Tuhan, mohon berikan saya satu alasan untuk tetap hidup dan berjuang?" Ternyata jawaban Maha Pencipta yang Agung sangat mengejutkan.... "Lihat di sekelilingmu, apakah kamu melihat tanaman Semak dan pohon Bambu? "Ya," jawabku. Yang Maha Pencipta mulai bertutur: "Saat aku menanam benih Semak dan Bambu, aku memelihara mereka dengan sangat baik dan hati-hati. Aku memberi mereka sinar matahari, menyirami dengan air seadil-adilnya. Tanaman Semak tumbuh dengan sangat cepat. Daun-daunnya yang hijau tumbuh rimbun sampai menutupi tanah disekelilingnya. Sedangkan benih Bambu belum memperlihatkan apapun. Tetapi aku tidak menyerah dan tetap memelihara mereka dengan baik da

Kado Terindah

Memang tidak begitu istimewa bila diukur timbangannya yang cuma tujuh gram. Tapi bila orang tahu bagaimana susahnya menabung sebanyak itu bagi pegawai kecil seperti Amin, kalung emas seberat itu sangat istimewa. Sudah lima tahun sejak melamar gadis yang pintar mengaji itu, Amin ingin memberinya hadiah seistimewa kalung itu. Selama itu juga dia menabung dengan mengirit makannya, berhenti merokok, mengumpulkan tips dari majikannya, dan mencari tambahan dengan membantu mencuci piring di warung tegal. Dan Nia menerimanya begitu suka cita. Berkali-kali dia mencubit tangannya, seolah ingin meyakini bahwa itu bukan mimpi. Wajahnya begitu berseri. Tubuhnya berputar saat bercermin di kaca lemari. Amin bahagia melihatnya. “Tapi, darimana Akang punya rejeki sebanyak ini?” “Menabung, sejak lima tahun lalu, sejak kita menikah dulu.” “Hah?” Mulut Nia melongo. Tidak terbayangkan olehnya, bagaimana suaminya menabung. Karena semua gaji yang tertera di struknya diterimanya setiap bulan. Kalaupun d

Seharusnya Berjudul Celana Dalam

"Cundaliiii!!" jerit itu terdengar lagi. Sundari terkesiap, gugup. Sundari tahu benar, ketika namanya disebut lengkap begitu sesuatu yang luar biasa pasti sedang terjadi. Tiga bulan tinggal bersama keluarga asing yang menjadi majikannya, sudah membuatnya mulai mengerti kebiasaan tuan dan nyonyanya. Sundari mencoba mengingat-ingat, apa kira-kira yang telah diperbuatnya pagi ini atau kemarin malam. Sundari yakin tidak ada yang tidak wajar. Memang, sejak kepulangannya dari Amerika kemarin sore, Mam tak habis-habisnya menekuk wajah. Sepertinya ia menyesal telah pulang. Tuan pergi ke China, berangkat dua jam sebelum Mam kembali. Sundari buru-buru memindahkan semua baju dari dalam keranjang ke mesin cuci. Tapi, belum sempat ia menuangkan deterjen, suara majikannya terdengar dekat. Menyembul dari pintu dapur, "Cundaliiii!!" Sundari menoleh, dan tanpa diperintah lagi mengikuti langkah majikannya. Dag dig dug jantungnya berirama bingar. "Look!!" jari lentik m

LELAKI YANG SUKA BERGITAR

IA merasa kehilangan lelaki muda itu. Berkali-kali ia mengintip keluar jendela dari balik gelap kaca nako, tetapi teras rumah kost itu tetap saja sepi. Hujan belum juga reda, tidak deras namun awet. Ia mengendus aroma bunga-bunga yang meruap wangi. Juga bau tanah yang sedikit menyengat. Biasanya sore-sore begini, lelaki muda itu akan duduk di sana bermain gitar dan ia sibuk menyiram bunga-bunganya di teras atau memotong daun-daun bonsainya yang meranggas liar di halaman. Namun sudah dua hari, lelaki itu tidak kelihatan. Ke mana lelaki muda itu? Apa dia sakit? Ia teringat sekantong jeruk sunkiss yang ia beli di supermarket tadi pagi. Ia ingin sekali menyambangi lelaki muda itu dengan membawa buah-buah segar yang saat ini ia simpan dalam kulkas itu. Tetapi segera ia buang jauh-jauh pikirannya. Lagipula belum tentu lelaki muda itu sakit kan? Ia berjalan mondar-mandir, berharap seseorang keluar dari rumah di seberang jalan itu. Seseorang yang dapat memberinya kabar tentang lelaki muda i

KATA CINTA PADA KERTAS BERGAMBAR BUNGA ROS

Namanya Solomon. Dia seorang yang lugu dan pendiam. Entah kenapa ibunya menamai dia Solomon. Tapi menurut cerita, ketika ibunya muda dulu pernah berkenalan dengan seorang pemuda Philipina bernama Solomon. Sampai pada waktunya dia jatuh cinta, tapi sayang Solomom telah berlalu meninggalkan dirinya, pulang ke negeri asalnya sebelum cintanya itu terungkapkan. Orienta nama ibunya. Solomon dilahirkan dari rahim Orienta dua puluh tahun lalu. Solomon adalah hasil perkawinan dengan Wisnu, seorang pemuda kampung yang tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Orienta. Begitulah perkawinan mereka berjalan tiada hambatan meskipun bayangan Solomon tak bisa lepas dari ingatan Orienta. Pemuda ganteng, kekar, berkulit mulus dengan titik-titik jerawat di pipinya, duhai, lelaki itu bagai langit malam yang berbintang gemintang. Sampai pada saat kelahiran anaknya, subuh itu ketika azan berkumandang terdengar suara tangisan kecil di sebuah klinik bersalin. Tak begitu sadar ketika Orienta berteriak penuh su

SURAT UNTUK TUHAN

“SURYANI, mengapa masih di sini? Pulanglah. Jangan lupa kerjakan PR-mu. Atau, mau Ibu antar pulang sekalian?” Suryani, gadis berusia tujuh tahun itu, gemetar. Ia tak menyangka akan ditegur Ibu Guru Nantri. Cepat-cepat ia menggeleng, “Tidak usah, Bu. Terimakasih. Saya pulang sendiri saja.” “Pulanglah. Tak baik bermain di sini sendirian. Sekolah sudah sepi. Sebentar lagi Pak Jali akan mengunci pintu gerbang,” ujar Ibu Nantri lembut. “Baik, Bu,” jawab Suryani tanpa berani mengangkat wajahnya. “Hati-hati, ya. Nah, Ibu duluan.”  Ibu Guru Nantri yang manis itu segera berlalu dengan motor bebeknya. SURYANI berjalan pelan-pelan. Terik mentari yang menyengat siang itu bahkan tak kuasa menghelanya untuk bergegas. Langkah kakinya terasa berat. Perasaan galau berkecamuk dalam hatinya. Sungguh ia tak ingin pulang ke rumah saat ini. Namun langkahnya yang berat akhirnya mengantarnya jua kembali ke rumah. Beberapa meter dari pagar rumahnya, langkah Suryani terhenti. Tubuhnya menegang. Sebuah sepe

BIBIR

“Sepertinya kita pernah bersebelahan jiwa,” kata perempuan itu kepada laki-laki yang duduk berhadapan dengannya, hanya sepotong kayu imitasi yang dinamakan coffee table dan dua mug gemuk kopi hangat masih berasap menjembatani ruang antara mereka berdua dari kursinya masing-masing. “Atau setidaknya kita pernah yakin tentang hal itu.” Laki-laki itu mengangkat pandangannya dari merenungi asap-asap tipis yang keluar dari mug-nya dan menatap perempuan itu, ia menemukan dirinya merasa sangat asing. Ditariknya nafas dalam-dalam lalu menjawab, “Mungkin aku memang tidak penah mampu untuk mengerti kamu. Mungkin otakku yang bebal. Kata-katamu selalu saja asing bagi telingaku, namun selalu saja keluar dengan wajar dari bibirmu.” Dan bibir itu sangat manis bentuknya, namun tidak lagi menimbulkan rasa ingin. Ah, laki-laki itu menggelengkan kepalanya dengan heran. Ia merasa seperti orang mabuk, namun tidak tahu lagi karena apa dan dimana. Beberapa putaran musim yang lalu buka

Pernikahan yang Hampa

KINI getir itu menyelinap semakin kuat. Lewat perabot-perabot yang memantulkan cahaya, lewat lantai yang memantulkan bayang wajahku sendiri, lewat harum bau yang marak, dan beraneka aroma makanan. Rasa getir yang semakin menguat ketika segala bayang-bayang yang berusaha kutepis dan kubuang justru semakin mendekap kuat. Aku tak bisa melakukan apa pun, selain menerima semua kehadirannya dalam seluruh angan, dan membiarkan rasa getir itu menusuk tajam, membuat ngilu di hati, menjebol tanggul mataku, mengantarkan airmata sebagai pertanda ada sesuatu yang tidak bisa tertanggungkan dengan hanya diam. Sedari awal, aku tahu dan sadar bahwa tidak setiap pernikahan dilandasi oleh cinta. Banyak orang yang kukenal melangsungkan pernikahan justru karena sebab-sebab lain, dan bukan karena cinta. Tapi ketika hal itu harus kualami, berkali-kali aku harus dipaksa untuk mengaku dan jujur pada diri sendiri: ini perbuatan yang nyaris menyerupai kebodohan. Dari dulu aku bersikukuh, apa pun boleh terjadi