Renungan Minggu Biasa XXIX – Tahun C – 17 Oktober 2010
Kel 17:8-13; 2 Tim 3:14-4:2; Luk 18:1-8
Oleh: Rm. Victor Bani, SVD
Seorang teman pernah mengeluh karena meskipun setiap minggu selalu ke gereja, rajin berdoa novena dan rosario, tapi merasa bahwa apa yang dimintanya, tidak pernah terkabulkan. Karena itu dia kecewa berat kepada Tuhan dan memutuskan untuk berhenti berdoa. Pengalaman dan keluhan diatas mungkin juga menjadi pengalaman dan keluhan sebagian besar kita. Kita merasa sudah cukup berdoa setiap hari kepada Tuhan, sudah banyak berbuat baik dalam hidup, suka menyumbang di sana sini, tapi hidup kita tidak lebih baik dari orang lain yang bukan saja tidak pernah berdoa, tapi juga tidak mengenal Tuhan. Kita marah, merasa Tuhan begitu jauh, tidak adil dan pilih kasih, lantas memutuskan untuk berhenti berdoa.
Dalam bacaan injil hari ini, Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang seorang janda yang datang kepada hakim, memohon agar perkaranya dibela. Meskipun tahu si hakim adalah seorang yang sangat keras, tidak takut pada Allah, tidak pernah menghormati dan tidak mau mendengarkan siapapun juga, namun janda tersebut tidak pernah menyerah untuk datang kepadanya dan tidak bosan-bosan meminta agar permohonannya dikabulkan. Dan usahanya berhasil. Karena tidak tahan dengan ‚teror‘ si janda, hakim itupun mengabulkan permintaannya. Sikap seperti janda inilah yang harus kita teladani: tidak mudah putus asa, pantang menyerah dan terus menanti-nantikan Tuhan, sampai kita memperoleh jawaban.
Doa yang terus menerus kepada Tuhan bukan berarti doa yang diulang-ulang atau bertele-tele, bukan juga doa yang asal-asalan atau musiman saja, melainkan doa yang sungguh-sungguh keluar dari hati dan berdasarkan iman. Ada saatnya Tuhan menguji keteguhan hati dan ketekunan kita, sejauh mana kita bergantung dan mengandalkan Dia. Persoalannya, bukannya Tuhan tidak mendengarkan dan mengabulkan doa-doa kita, melainkan kita sendirilah yang terkadang tidak sabar menunggu jawaban dariNya.
Lewat bacaan injil hari ini, Yesus mengajak kita untuk menjadi pendoa yang setia. Pendoa yang setia adalah pendoa yang tidak gampang kecewa dan tidak mudah putus asa, meskipun permohonannya ‘belum’ dikabulkan. Pendoa yang setia adalah pendoa yang tidak pernah berhenti berdoa, walaupun permintaannya sudah terkabulkan. Pendoa yang setia adalah pendoa yang tidak pernah memaksakan kehendaknya, melainkan membiarkan kehendak dan kuasa Tuhan yang terjadi atasnya. Pendoa yang setia adalah pendoa yang kata-kata doanya keluar dari hati yang terdalam, bukan semata untuk memenuhi kehendak pribadinya, melainkan untuk memuji dan memuliakan nama Tuhannya.
Bila anda ingin menjadi pendoa yang setia, belajarlah dari keteguhan hati si janda dan teladanilah Yesus, Guru kita. Dia adalah Pendoa sejati.
Comments
Post a Comment